3 Kesalahan Fatal Saat Mengatur Money Management
Di postingan sebelumnya sudah di bahas mengenai apa itu Money Management dan contoh money management yang baik,
pada postingan kali ini adalah lanjutan dari postingan sbelumnya, jadi jika anda tidak ingin ketinggalan silahkan buka dulu postingan sebelumnya agar apa yang di sampaikan bisa nyambung.
Kali ini akan di bahas 3 kesalahan fatal saat mengatur money management, karena banyak sekali di lakukan oleh para trader.
Sudah menjadi rahasia umum jika money management merupakan salah satu komponen terpenting dalam trading forex. Tidak mempunyai money management bahkan bisa dikatakan sebagai dosa terbesar trader.
Tanpa pengelolaan dana trading, strategi sebaik apapun tak akan menjamin kelangsungan trading Anda. Probabilitas keuntungan tinggi tak menjamin besar keuntungan dan tak bisa meminimalisir risiko.
Dalam penggunaannya, money management bisa diterapkan dengan beragam aturan dan dalam berbagai cara. Setiap trader bebas memilih metode mana yang terbaik dan paling sesuai dengan gaya, preferensi, juga pengaturan risikonya. Ada yang cukup mengikuti aturan 1% rule, menggunakan rasio Risk/Reward, hingga mengaplikasikan teknik Position Sizing.
Apapun pilihan Anda, tak ada metode money management yang lebih baik atau lebih buruk, karena semua bergantung pada kondisi penggunanya.
Selain itu, Anda sebaiknya menghindari 3 kesalahan fatal berikut saat mengatur money management:
1. Mengatur Money Management Dengan Target
Memiliki target ada kalanya bagus, tapi dalam trading forex, terlalu fokus pada target justru cenderung berbahaya.
Beberapa contoh target yang biasa dibuat trader amatir adalah:
- Keuntungan sekian persen dalam sebulan.
- Berapa banyak profit yang dihasilkan dalam sekian kali trading.
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sekian Dolar.
Meski berbeda-beda, ketiga target di atas sebenarnya didasari hal yang sama: keinginan menghasilkan uang dalam waktu singkat.
Padahal kenyataannya, dalam trading tak ada jawaban definitif yang bisa menjamin tercapainya target-target tersebut secara konsisten. Mengapa demikian? Coba lihat chart trading Anda, lalu perhatikan betapa fluktuatifnya pergerakan harga yang terbentuk. Selain dinamis, harga tak bisa diprediksikan secara pasti.
Para teknikalis boleh saja mengatakan bahwa pola harga akan selalu berulang. Tapi kenyataannya, harga tidak hanya digerakkan oleh faktor teknikal, tapi juga isu fundamental yang mempengaruhi sentimen pasar.
Karena itu, adalah hal yang mustahil untuk mematok target keuntungan sekian persen dalam satu bulan dan berharap agar standard tersebut bisa selalu terpenuhi. Sayangnya, hal tersebut masih saja dilakukan banyak trader.
Tuntutan kejar target sebenarnya bermula dari kesalahan dalam mengatur money management. Sebelum memilih metode yang sesuai, banyak trader menetapkan target yang diinginkan lebih dulu. Akibatnya, mereka akan menjalankan strategi dan metodenya untuk mengejar target tersebut, yang pada akhirnya bisa mengarah pada pelanggaran aturan trading hingga menyebabkan overtrading.
Saat mengatur money management, sebaiknya jangan tetapkan target di awal trading. Gunakan skala pertumbuhan profit yang dihitung di akhir periode trading sebagai indikator kesuksesan. Sebagai contoh, setelah 6 bulan trading Anda mampu menghasilkan pertumbuhan 15%, dan di 6 bulan berikutnya, pertumbuhan meningkat jadi 20%.
Dengan demikian, Anda tidak dituntut untuk memenuhi target yang ditetapkan di awal, tapi hanya mengevaluasi performa di akhir periode trading. Jika dirasa kurang baik, maka Anda bisa memperbaiki kesalahan untuk meningkatkan pertumbuhan profit di periode trading berikutnya.
Cara di atas akan menghindarkan Anda dari gaya trading kejar target, karena dari awal tak ada standard keuntungan yang ditentukan.
Teknik seperti itu juga sesuai dengan prinsip para trader berpengalaman yang tak memaksakan trading saat kondisi pasar tidak mendukung. Saat tak ada target yang dikejar, Anda tak akan mencari-cari peluang di pasar yang sebenarnya tidak kondusif. Penerapan strategi bisa lebih maksimal, jerat overtrading pun dapat dihindari.
2. Menggunakan Satuan Pips
"Sinyal Sell EUR/USD, Dapatkan Peluang Profit 100 Pips!"
"Ikuti Strategi Trading Penghasil 1000 Pips Ini!"
"Trader A Loss 200 Pips Dalam Semalam"
"Trader B Cetak Keuntungan 300 Pips Pasca Berita XXX"
Pernahkah Anda mendengar kalimat-kalimat di atas? Jika ya, maka jangan mudah termakan dengan banyaknya pips yang disebutkan, karena profit dan loss masih bersifat sangat relatif jika diukur dalam satuan pips.
Hanya karena Anda terbiasa mendengar analis atau trader lain mengutarakan profit dan loss dalam satuan pips, bukan berarti Anda juga disarankan untuk menggunakannya ketika mengatur money management.
Faktanya, pips hanya merefleksikan besar pergerakan harga, bukan jumlah keuntungan yang sebenarnya.
Satu pip bagi seorang pengguna lot standard tentu berbeda dengan satu pip trader micro. Trader yang mengklaim bisa profit 500 pips tanpa menyebut besar keuntungan dalam Dolar tidak benar-benar bisa diperhitungkan kredibilitasnya, karena bisa jadi ia hanya menggunakan lot kecil.
Jika benar, maka konteksnya tidak bisa disetarakan dengan trader yang bisa profit 500 pips dengan lot besar.
Bagaimanapun juga, volume trading sangat berpengaruh pada aspek psikologis. Trader lot kecil bisa dengan mudah mengambil risiko 500 pips, tapi pengguna lot besar butuh keberanian luar biasa untuk menanggungnya.
Belajar dari perbedaan tersebut, ada baiknya Anda mulai meninggalkan satuan pips saat mengatur money management. Sebaliknya, biasakanlah untuk menghitung profit dan loss langsung dalam satuan Dolar.
Ketika Anda merencanakan Rasio Risk/Reward misalnya, jangan hanya memperhatikan berapa pips yang ditentukan, tapi perhitungkan juga berapa jumlahnya jika dikonversikan dalam Dolar. Mengetahui secara langsung besar profit dan loss tersebut juga mempermudah Anda menerapkan aturan 1%. Misalnya modal Anda $5000, berarti setiap posisi seharusnya tidak dibebani dengan risiko loss lebih dari $50.
Untuk memenuhi aturan tersebut, jelas Anda tak bisa memperhitungkan Stop Loss dalam bentuk pips saja. Harus ada konversi ke dalam satuan Dolar agar Anda dapat merealisasikan aturan 1%. Menghitung nilai Dolar per pips cukup rumit karena melibatkan lot, jenis pair, dan mata uang dasar (base currency) yang digunakan.
3. Sesuaikan Dengan Kemampuan Modal
Trading forex memang bisa dimulai dengan $10 saja. Namun realistiskah jika Anda menggunakannya untuk trading dengan lot standard? Bahkan dengan leverage 1:1000, uang tersebut masih kurang dari margin yang diperlukan untuk membuka satu posisi EUR/USD. Agar tidak keliru menentukan lot dan membatasi kesempatan, maka sesuaikanlah besar lot dengan ukuran modal Anda.
Hal itu penting untuk memastikan ketahanan dana yang cukup. Jangan sampai free margin yang tersisa begitu minim hingga MC bisa terpicu saat harga baru bergerak sedikit melawan trading Anda. Jika modal Anda masih kecil, gunakan lot kecil seperti mini, micro, atau bahkan nano (di broker yang menyediakan) untuk mendapatkan ketahanan dana yang cukup.
Bila Anda nantinya berhasil mengumpulkan pengalaman dan profit konsisten, maka lot bisa mulai ditingkatkan sedikit demi sedikit untuk menumbuhkan keuntungan.
Kebanyakan trader berpengalaman yang menggunakan lot standard saat ini juga memulai trading dengan risiko kecil. Jika risiko berhasil diminimalisir, maka kelangsungan dana jadi lebih terjamin dan membuka peluang bagi mereka untuk menumbuhkan profit secara bertahap. Seperti kata-kata bijak di luar sana, trading itu seperti lari marathon, bukan lari sprint.
Tips Penting: Utamakan Disiplin
Apapun metode money management yang Anda gunakan, hindari 3 kesalahan di atas saat mengaturnya.
Prioritaskan disiplin saat menerapkan money management, karena tanpa konsistensi semuanya tak akan berarti. Untuk apa merencanakan Stop Loss dan Take Profit sesuai Rasio Risk/Reward jika pada akhirnya Anda masih sering menutup posisi lebih awal?
Apa gunanya merencanakan ukuran lot sesuai 1% rule jika nantinya masih tergoda untuk memperbesar posisi saat melihat harga 'sedang bagus'?
Jelas, kurangnya disiplin trading membuat Anda mudah melalaikan aturan money management. Agar tetap sesuai pedoman, budayakanlah sikap disiplin dalam trading. Untuk mempermudah hal tersebut, belajarlah mengontrol emosi dengan lebih baik.
Bagaimanapun juga, keingininan menutup posisi lebih awal atau mengubah ukuran trading di luar rencana timbul karena ketakutan dan keserakahan.
pada postingan kali ini adalah lanjutan dari postingan sbelumnya, jadi jika anda tidak ingin ketinggalan silahkan buka dulu postingan sebelumnya agar apa yang di sampaikan bisa nyambung.
Kali ini akan di bahas 3 kesalahan fatal saat mengatur money management, karena banyak sekali di lakukan oleh para trader.
Sudah menjadi rahasia umum jika money management merupakan salah satu komponen terpenting dalam trading forex. Tidak mempunyai money management bahkan bisa dikatakan sebagai dosa terbesar trader.
Tanpa pengelolaan dana trading, strategi sebaik apapun tak akan menjamin kelangsungan trading Anda. Probabilitas keuntungan tinggi tak menjamin besar keuntungan dan tak bisa meminimalisir risiko.
Dalam penggunaannya, money management bisa diterapkan dengan beragam aturan dan dalam berbagai cara. Setiap trader bebas memilih metode mana yang terbaik dan paling sesuai dengan gaya, preferensi, juga pengaturan risikonya. Ada yang cukup mengikuti aturan 1% rule, menggunakan rasio Risk/Reward, hingga mengaplikasikan teknik Position Sizing.
Apapun pilihan Anda, tak ada metode money management yang lebih baik atau lebih buruk, karena semua bergantung pada kondisi penggunanya.
Baca Juga : Teknik Scalping Simpel dengan MA
Selain itu, Anda sebaiknya menghindari 3 kesalahan fatal berikut saat mengatur money management:
1. Mengatur Money Management Dengan Target
Memiliki target ada kalanya bagus, tapi dalam trading forex, terlalu fokus pada target justru cenderung berbahaya.
Beberapa contoh target yang biasa dibuat trader amatir adalah:
- Keuntungan sekian persen dalam sebulan.
- Berapa banyak profit yang dihasilkan dalam sekian kali trading.
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sekian Dolar.
Meski berbeda-beda, ketiga target di atas sebenarnya didasari hal yang sama: keinginan menghasilkan uang dalam waktu singkat.
Padahal kenyataannya, dalam trading tak ada jawaban definitif yang bisa menjamin tercapainya target-target tersebut secara konsisten. Mengapa demikian? Coba lihat chart trading Anda, lalu perhatikan betapa fluktuatifnya pergerakan harga yang terbentuk. Selain dinamis, harga tak bisa diprediksikan secara pasti.
Para teknikalis boleh saja mengatakan bahwa pola harga akan selalu berulang. Tapi kenyataannya, harga tidak hanya digerakkan oleh faktor teknikal, tapi juga isu fundamental yang mempengaruhi sentimen pasar.
Karena itu, adalah hal yang mustahil untuk mematok target keuntungan sekian persen dalam satu bulan dan berharap agar standard tersebut bisa selalu terpenuhi. Sayangnya, hal tersebut masih saja dilakukan banyak trader.
Tuntutan kejar target sebenarnya bermula dari kesalahan dalam mengatur money management. Sebelum memilih metode yang sesuai, banyak trader menetapkan target yang diinginkan lebih dulu. Akibatnya, mereka akan menjalankan strategi dan metodenya untuk mengejar target tersebut, yang pada akhirnya bisa mengarah pada pelanggaran aturan trading hingga menyebabkan overtrading.
Saat mengatur money management, sebaiknya jangan tetapkan target di awal trading. Gunakan skala pertumbuhan profit yang dihitung di akhir periode trading sebagai indikator kesuksesan. Sebagai contoh, setelah 6 bulan trading Anda mampu menghasilkan pertumbuhan 15%, dan di 6 bulan berikutnya, pertumbuhan meningkat jadi 20%.
Baca Juga : Profit Melimpah Hanya Dengan MACD
Dengan demikian, Anda tidak dituntut untuk memenuhi target yang ditetapkan di awal, tapi hanya mengevaluasi performa di akhir periode trading. Jika dirasa kurang baik, maka Anda bisa memperbaiki kesalahan untuk meningkatkan pertumbuhan profit di periode trading berikutnya.
Cara di atas akan menghindarkan Anda dari gaya trading kejar target, karena dari awal tak ada standard keuntungan yang ditentukan.
Teknik seperti itu juga sesuai dengan prinsip para trader berpengalaman yang tak memaksakan trading saat kondisi pasar tidak mendukung. Saat tak ada target yang dikejar, Anda tak akan mencari-cari peluang di pasar yang sebenarnya tidak kondusif. Penerapan strategi bisa lebih maksimal, jerat overtrading pun dapat dihindari.
2. Menggunakan Satuan Pips
"Sinyal Sell EUR/USD, Dapatkan Peluang Profit 100 Pips!"
"Ikuti Strategi Trading Penghasil 1000 Pips Ini!"
"Trader A Loss 200 Pips Dalam Semalam"
"Trader B Cetak Keuntungan 300 Pips Pasca Berita XXX"
Pernahkah Anda mendengar kalimat-kalimat di atas? Jika ya, maka jangan mudah termakan dengan banyaknya pips yang disebutkan, karena profit dan loss masih bersifat sangat relatif jika diukur dalam satuan pips.
Hanya karena Anda terbiasa mendengar analis atau trader lain mengutarakan profit dan loss dalam satuan pips, bukan berarti Anda juga disarankan untuk menggunakannya ketika mengatur money management.
Faktanya, pips hanya merefleksikan besar pergerakan harga, bukan jumlah keuntungan yang sebenarnya.
Satu pip bagi seorang pengguna lot standard tentu berbeda dengan satu pip trader micro. Trader yang mengklaim bisa profit 500 pips tanpa menyebut besar keuntungan dalam Dolar tidak benar-benar bisa diperhitungkan kredibilitasnya, karena bisa jadi ia hanya menggunakan lot kecil.
Jika benar, maka konteksnya tidak bisa disetarakan dengan trader yang bisa profit 500 pips dengan lot besar.
Bagaimanapun juga, volume trading sangat berpengaruh pada aspek psikologis. Trader lot kecil bisa dengan mudah mengambil risiko 500 pips, tapi pengguna lot besar butuh keberanian luar biasa untuk menanggungnya.
Belajar dari perbedaan tersebut, ada baiknya Anda mulai meninggalkan satuan pips saat mengatur money management. Sebaliknya, biasakanlah untuk menghitung profit dan loss langsung dalam satuan Dolar.
Ketika Anda merencanakan Rasio Risk/Reward misalnya, jangan hanya memperhatikan berapa pips yang ditentukan, tapi perhitungkan juga berapa jumlahnya jika dikonversikan dalam Dolar. Mengetahui secara langsung besar profit dan loss tersebut juga mempermudah Anda menerapkan aturan 1%. Misalnya modal Anda $5000, berarti setiap posisi seharusnya tidak dibebani dengan risiko loss lebih dari $50.
Untuk memenuhi aturan tersebut, jelas Anda tak bisa memperhitungkan Stop Loss dalam bentuk pips saja. Harus ada konversi ke dalam satuan Dolar agar Anda dapat merealisasikan aturan 1%. Menghitung nilai Dolar per pips cukup rumit karena melibatkan lot, jenis pair, dan mata uang dasar (base currency) yang digunakan.
3. Sesuaikan Dengan Kemampuan Modal
Trading forex memang bisa dimulai dengan $10 saja. Namun realistiskah jika Anda menggunakannya untuk trading dengan lot standard? Bahkan dengan leverage 1:1000, uang tersebut masih kurang dari margin yang diperlukan untuk membuka satu posisi EUR/USD. Agar tidak keliru menentukan lot dan membatasi kesempatan, maka sesuaikanlah besar lot dengan ukuran modal Anda.
Hal itu penting untuk memastikan ketahanan dana yang cukup. Jangan sampai free margin yang tersisa begitu minim hingga MC bisa terpicu saat harga baru bergerak sedikit melawan trading Anda. Jika modal Anda masih kecil, gunakan lot kecil seperti mini, micro, atau bahkan nano (di broker yang menyediakan) untuk mendapatkan ketahanan dana yang cukup.
Bila Anda nantinya berhasil mengumpulkan pengalaman dan profit konsisten, maka lot bisa mulai ditingkatkan sedikit demi sedikit untuk menumbuhkan keuntungan.
Kebanyakan trader berpengalaman yang menggunakan lot standard saat ini juga memulai trading dengan risiko kecil. Jika risiko berhasil diminimalisir, maka kelangsungan dana jadi lebih terjamin dan membuka peluang bagi mereka untuk menumbuhkan profit secara bertahap. Seperti kata-kata bijak di luar sana, trading itu seperti lari marathon, bukan lari sprint.
Baca Juga : Ilmu Forex Dasar
Tips Penting: Utamakan Disiplin
Apapun metode money management yang Anda gunakan, hindari 3 kesalahan di atas saat mengaturnya.
Prioritaskan disiplin saat menerapkan money management, karena tanpa konsistensi semuanya tak akan berarti. Untuk apa merencanakan Stop Loss dan Take Profit sesuai Rasio Risk/Reward jika pada akhirnya Anda masih sering menutup posisi lebih awal?
Apa gunanya merencanakan ukuran lot sesuai 1% rule jika nantinya masih tergoda untuk memperbesar posisi saat melihat harga 'sedang bagus'?
Jelas, kurangnya disiplin trading membuat Anda mudah melalaikan aturan money management. Agar tetap sesuai pedoman, budayakanlah sikap disiplin dalam trading. Untuk mempermudah hal tersebut, belajarlah mengontrol emosi dengan lebih baik.
Bagaimanapun juga, keingininan menutup posisi lebih awal atau mengubah ukuran trading di luar rencana timbul karena ketakutan dan keserakahan.
0 Response to "3 Kesalahan Fatal Saat Mengatur Money Management"
Post a Comment